Jumat, 21 November 2014

MAKALAH PERILAKU TERPUJI



BAB I

PENDAHULUAN

Ketika kita mulai memaparkan definisi akhlak, maka kita katakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa (nafs), di mana dengan nafs tersebut, manusia melakukan perbuatannya tanpa pertimbangan dan usaha terlebih dahulu. pada sebagian manusia, adakalanya akhlak menjadi insting, watak, dan karakter, sedangkan pada sebagian yang lain, akhlak tidak terbentuk kecuali dengan latihan dan kesungguhan.
Oleh karena itu, diperlukan adanya syariat-syariat, perilaku-perilaku, dan tata krama terpuji, serta kesadaran akan besarnya manfaat menguasai kebaikan-kebaikan perilaku untuk mencegah si zalim dari kezalimannya, penggasab dari gasabnya. selain itu, ada ketegasan untuk menghukumi si pelaku kejahatan atas kejahatannya, sehingga dapat mengendalikan si zalim sampai ia kembali ke jalan yang lurus dalam segala urusannya.
Pada makalah ini akan dibahas beberapa contoh akhlak terpuji yang dapat kita contoh dan teladani dalam kehidupan sehari-hari.





















BAB II

PEMBAHASAN


Husnudzon adalah “sikap atau keadaan jiwa yang berprasangka baik”. Orang yang mempunayi sikap husnudzon berarti orang senantiasa berprasangka baik, kepada sesama atau segala keputusan (takdir) Allah SWT. Maksudnya seluruh ucapan dan ragam gejala yang Nampak pada tingkah laku seseorang diterima sebagaimana adanya tanpa diiringi dugaan-dugaan yang tidak baik, begitupun pula bila segala sesuatu yang tidak tercapai maka sikapnya tidak akan menjauh dari Allah SWT.
Sifat husnudzon merupakan salah satu sifat terpuji, keuntungan dari sifat ini yaitu dapat menahan diri, tidak terlalu mudah memberikan penilaian yang salah atau negative, yang diakibatkan sifat dan tingkah laku orang lain, lebih-lebih kepada segala keputusan, sifat husnudzon selalu diliputi ketenagang dan ketentraman serta kedamaian.


B.     TAWADHLU
Tawadhu adalah sikap rendah hati terhadap sesama manusia dan sikap rendah diri di hadapan Allah SWT. Sikap ini lahir dari kesadaran akan ke-Mahakuasa-an Allah atas segala hamba-Nya.
Tawadhu merupakan sifat yang disadari bahwa apa yang dimiliki, ketampanan, kecantikan, harta, pangkat, ilmu, semuanya adalah karunia Allah SWT. Sikap tawadhu ini akan mengangkat derajat seseorang ke yang lebih tinggi, seperti Rasulullah SAW sabdakan: “Tawadhu, tidak ada yang bertambah bagi seorang hamba kecuali ketinggian (derajat). Karena itu, tawadhulah, niscaya Allah akan meninggikan derajatmu.” (HR Dailami).
Al-Muhasibi, seorang ulama sufi menjelaskan bahwa jika seseorang tawadhu di dunia berarti dia telah membersihkan hatinya dari sifat sombong. Dia tidak memiliki hasrat untuk populer, sehingga dia selamat dari fitnah dunia dan berbagai macam dosa di dalamnya.  Dengan tawadhu, seseorang tidak akan tergila-gila dengan dunia, malah dia akan lebih berkonsentrasi kepada Allah.

 

C.    RIDHO

Ridho adalah nuansa hati kita dalam merespon semua pemberian-NYA yang setiap saat selalu kita rasakan. Kalau kita bisa ridho, hidup kita jauh dari stres-depresi-penyakit psikosomatis. Coba kita hitung-hitung sendiri, dalam 24 jam berapa kali kita mengeluh, berapa kali kita marah, berapa kali kita kecewa, berapa kali kita bad mood, berapa kali pula kita bahagia, berapa kali kita gembira, berapa kali kita merasakan syukur. Kenapa suasana hati selalu berubah-ubah ? Karena kita belum bisa ridho menerima kenyataan hidup yang diberikan Allah kepada kita, yang sebenarnya merupakan hasil gerak-gerik kita sendiri.
Bagaimana bisa ridho ? Harus dengan sabar dan syukur.
Enak atau tidak enak kenyataan hidup sebenarnya adalah konsumsi hawa nafsu kita, sehingga ada nuansa yang berbeda. Sedangkan bagi hati seharusnya netral tidak ada yang enak dan tidak ada pula yang tidak enak. kalau kenyataan hidup yang kita alami enak biasanya kita respon dengan syukur, sedangkan bila tidak enak kita respon dengan sabar. Padahal semestinya sabar dan syukur sama seperti kedua sisi koin yang tidak terpisahkan. Seperti itu pula yang harus kita terapkan dalam setiap detik kehidupan kita.

Sabar
Kalau kenyataan hidup yang sedang kita alami tidak enak bagi diri kita, ya kita memang harus bersabar tidak usah mengeluh - karena keluhan tidak akan mengubah keadaan - harus terus bergerak mencari solusinya. Bukankah secara hakiki dengan permasalahan yang kita hadapi tersebut, berarti kita sedang diuji oleh Allah, sedang dididik oleh-NYA untuk tahan banting, untuk menggerakkan potensi kehidupan yang sudah diakruniakan-NYA dalam mencari solusinya. Namanya ujian ya harus sabar. Tetapi harus kita ingat bahwa ujian itu datangnya dari Allah juga kan ? Berarti kita sedang dianugerahi Allah sesuatu yang pasti ada hikmahnya, berarti harus bersyukur juga kan ? Analoginya sama seperti misalnya kita ketemu sama Pak Presiden SBY, trus diberi bolpen beliau yang sudah usang, pasti pemberian beliau kita respon dengan terima kasih dan kebanggaan, walu usang yang memberi presiden kok, pasti kita ceritakan ke orang lain.
Syukur
Kenyataan hidup yang mengenakkan diri kita memang harus kita syukuri, tetapi di balik itu pasti juga ada ujiannya, jadi selain syukur harus sabar juga agar tidak terlena. Contoh sederhana misalnya kita dianugerahi Allah keluasan finansial, ya harus syukur, tetapi juga harus bersabar dalam membelanjakannya, jangan sampi tergelincir untuk hal-hal di luar keridhoan Allah.

D.    AMAL SHOLEH

Amal soleh bukanlah suatu keadaan, namun suatu kejadian. Karena ia merupakan suatu kejadian maka ia harus dialami. Pengalaman tentang amal soleh inilah yang akan membawa kita kepada kenikmatan Surga. Kejadian tentang amal soleh ini bukan keinginan kita. Ia terjadi dengan sendirinya, karena di gerakkan oleh Allah. Untuk mengalami kejadian amal soleh ini, landasannya adalah Iman. Namun pengertian iman disini bukan sekedar percaya atau yakin akan rukun-rukun iman yang ada. Pengertian Iman yang seperti itu akan sangat tidak memajukan perkembangan evolusi Iman yang ada di jiwa kita ini. Iman adalah kesaksian.
Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain ALLAH. Itulah Iman. Bukan sekedar ucapan mulut yang anak TK juga bisa melakukannya. Namun kesaksian yang bisa dipertanggung jawabkan. Apabila kita bersaksi, berarti kita benar-benar menyaksikan dengan seluruh jiwa kita bahwa hanya ada satu Tuhan. Allah Maha Esa. Kesaksian kita apa kalau Tuhan itu hanya satu? Berarti kita benar-benar mengalami sendiri tentang kesatuan Tuhan itu. Tidak ada dua Tuhan di alam semesta ini. Kemudian, bagaimana kita mengatakan kalau Tuhan mereka lain dengan Tuhan kita? Tuhan itu hanya satu adanya. ( Al-Ankabut : 46).
Amal Soleh adalah suatu kejadian yang ditunjang dengan keadaan Iman. Makanya dalam seluruh surat dalam Al-Quran dikatakan "Orang yang Beriman dan Beramal Soleh, mereka adalah penghuni Surga." Ada 64 surat yang memuat hal senada dengan itu, antaranya Surat 7:42, Surat 2:82, surat 10:9 Surat 11:23 dan Surat 22:14.
Orang yang Beriman selalu disebut lebih dahulu daripada Amal Solehnya. Kenapa? Karena Iman adalah keadaan yang menunjang terjadinya Kejadian Amal Soleh. Tanpa keadaan Iman, tidak akan terjadi Kejadian Amal Soleh. Dan kita ingat, karena Amal soleh ini merupakan suatu kejadian, ia bukan kehendak kita. Allah-lah yang menggerakkan lewat keadaan Iman. Jadi yang kita pahami sekarang adalah kondisi Iman itu seperti apa.
Dalam Surat An-Naml ayat 2-3 : Orang yang Beriman yaitu Orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan Zakat dan yakin adanya negeri Akhirat.
Nah, untuk membentuk keadaan Iman, ada metode yang disampaikan melalui 34 surat dalam alquran, antara lain Surat 2:43, Surat 2:110, Surat 4:77, surat 5:55, Surat 9:5 dan Surat 24:37. Disitu di perintahkan bahwa " Dirikanlah Sholat dan Tunaikanlah Zakat.

 

E.     PERSATUAN

Persatuan, persamaan, dan persaudaraan merupakan nilai-nilai fundamental yang menjadi fondasi bagi perkembangan, kemajuan, dan kemakmuran suatu negara. Semua aliran dalam Islam menyatakan bahwa Nabi Saw telah berulang kali menekankan untuk memelihara persaudaraan dan rasa saling menghormati di antara sesama Muslim. Sejak awal, persatuan di antara sesama Muslim begitu diperhatikan oleh Nabi Saw. Bahkan setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini ra telah menetapkan minggu kelahiran Nabi Saw (12 s/d 17 Rabiul Awwal) sebagai “Minggu Persatuan”. Setiap tahunnya, minggu ini diperingati di Iran dan dunia Islam sebagai saat-saat untuk melakukan introspeksi, memperkuat, dan merayakan persatuan di antara sesama negara Islam.
Rasulullah Saw telah diutus Allah Swt dengan misi untuk meletakkan fondasi masyarakat yang bersatu, meneruskan sebuah tujuan bersama untuk menghapuskan segala bentuk ketidakadilan, rasialisme atau diskriminasi kelas. Dalam menunaikan tugas yang istimewa ini, Nabi Saw secara seksama merancang program yang sangat khas, yakni propaganda melalui akhlak pribadinya yang sempurna, yang sangat dia sarankan kepada setiap Muslim untuk mengikutinya. Program-program ini dibuat dengan tujuan membawa umat Islam kepada kemuliaan, kedamaian, kemajuan, dan keamanan sebagai perwujudan dari ayat Quran berikut ini: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman.”
Berikut ini beberapa prinsip yang diperkenalkan oleh Nabi Saw untuk merealisasikan misi yang mulia tersebut. (1). Nabi Saw merupakan contoh kesempurnaan kasih sayang dan belas kasihan terhadap seluruh alam semesta. Bukan hanya berbuat baik dan cinta kepada umat Islam, tetapi juga ketika berhubungan dengan mereka yang non-Muslim, bahkan terhadap musuh-musuhnya dia bertingkah laku mulia dan lemah lembut, sedemikian rupa sehingga mereka memperlihatkan ketertarikan serta kecenderungan kepada Islam dan menciptakan kedamaian di antara beberapa komunitas. Lagipula, meskipun mereka tidak memeluk Islam, paling tidak, mereka akan mempelajari sopan santun dan kemuliaan dari Nabi Saw, sehingga secara konsekuen mereka akan menjauhkan diri dari perilaku yang tidak manusiawi, kekejian, dan kekejaman terhadap sesama, agar dapat menjamin kedamaian bersama. Pendekatan Nabi Saw sangatlah berbudi sehingga dia tidak akan pernah mengutuk, bahkan terhadap penganut politeisme.
Islam melihat segala permasalahan dari berbagai perspektif dan bermaksud untuk menciptakan persahabatan dan hubungan dekat di antara semua komunitas umat manusia, baik Muslim maupun non-Muslim, dengan tujuan untuk membebaskan kemanusiaan dari setan-setan kebencian, dendam serta keberadaan yang harmonis antara satu dengan yang lain. Jadi, semua tradisi Nabi Saw mengajarkan kepada kita tentang sensitifitas dan nilai-nilai kemanusiaan, menuntun kita untuk memiliki hubungan yang baik dan didasarkan kepada kasih sayang, bahkan terhadap kaum kafir sekalipun.

BAB III

KESIMPULAN

Akhlak terpuji adalah perbuatan indah yang keluar dari kekuatan jiwa tanpa keterpaksaan, seperti kemurahan hati, lemah lembut, sabar, teguh, dan lain-lain.
Di sini islam menjadi penyeru pada akhlak yang baik dan mengajak kepada pendidikan akhlak di kalangan kaum muslimin, menumbuhkannya didalam jiwa mereka, dan menilai keimanan seorang dengan kemuliaan akhlaknya. Allah menjadikan akhlak yang utama sebagai sarana memperoleh surga yang tinggi.
Berpakaian yang baik merupakan salah satu contoh akhlak terpuji. Islam melarang umatnya berpakaian terlalu tipis atau ketat (sempit sehingga membentuk tubuhnya yang asli). Kendati pun fungsi utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, namun apabila pakaian tersebut dibuat secara ketat (sempit) maka hal itu dilarang oleh Islam.
Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi uamtnya dalam menerima tamu. Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar